Psikologi Belajar
Sejak
awal perlu diingat bahwa kemungkinan besar tidak ada satu definisi
belajar yang dapat diterima oleh semua orang. Peringatan dini ini telah
dikemukakan oleh banyak pakar belajar. Misalnya Catatia mengatakan kita
mengakui pada permulaan bahwa kita tidak akan mampu mendefinisikan
belajar tidak ada definisi-definisi yang memuaskan. Domjan dan Bukhari
mengatakan satu definisi belajar yang diterima secara universal tidak
ada.
Belajar versi superlearning mengatakan bahwa meskipun kita mempokuskan pada salah satu dari ketiga bagian yaitu otak
kiri, otak kanan, dan tubuh., namun karena kita itu bersifat manuia
yang utuh, maka bagi dua yang lain tetap ada. Dua bagian yang lain tersebut bisa
untuk menciptakan disharmoni, tapi bisa juga menciptakan harmoni. Dalam
superlearning ketiga bagian tersebut akan bekerja bersama-sama secara
harmonis dan saling mendukung. Inilah mengapa superlearning disebut
sebagai satu system belajar yang holistic.
Superlearning
yang menekankan pendekatan holistik juga memiliki efek yang sukar untuk
dijelaskan. Misalnya seorang wanita yang sedang belajar bahasa perancis
merasakan kesembuhan pada gangguan sinusnya, seorang pria yang sedang
belajar kimia menemukan bahwa intuisinya menjadi lebih tajam.
Superlearning
juga akan mengubah kepribadian-kepribadian kita yang menghambat kita
untuk untuk berkembang maju. Superlearning akan membantu kita
menghilangkan ketakutan, menyalahkan diri sendiri, citra diri yang
negatif, serta sugesti-sugesti negatif yang kita miliki
mengenai keterbatasan kemampuan kita. Disamping itu superlearning juga
akan memberikan perasaan harmonis dalam diri kita
Superlearning juga menumbuhkan keceriaan dalam
belajar. Pada umumnya pengalaman belajar bagi kita bukanlah pengalaman
yang menyenangkan. Superlearning berpendapat bahwa belajar adalah
bertumbuh kembang, bertumbuh kembang adalah hidup itu sendiri. Jika kita
belajar dengan superlearning maka kita akan merasa lebih baik pada diri
kita dan orang lain.
Superlearning
lebih berkaitan dengan potensial quotion daripada IQ sebab IQ cenderung
stabil sementara kita masih dapat mengembangkan potensi yang kita
miliki. Lazanov menamakan system belajarnya sebagai suggestopedia yang
merupakan bagian dari sugestologi.
Superlearning
mencakup dua prinsip penting, yakni Pertama, keadaan tubuh dan pikiran
yang rileks. Pikiran akan mampu lebih cepat dan lebih mudah mempelajari
sesuatu jika tubuh bekerja secara lebih efisian. Jika jantung yang
biasanya berdetak 70-80 kali permenit dapat diperlambat menjadi 60 kali
permenit, maka pikiran akan mudah untuk belajar. Kedua, ritme
tubuh dan pikiran yang singkronis. Satu jenis musik dengn ritme tertentu
akan membuat kita lebih rileks sekaligus tetap mampu berkonsentrasi.
Jika ritme tubuh kita sama dengan ritme musik tadi maka proses belajar
akan lebih mudah. Mendengarkan musik klasik yang ritmenya sangat lambat,
ritme istirahat maka ritus tubuh kita (detak jantung, gelombang
otak,dll) akan lambat juga. Prinsip supermemori adalah:
- Relaksasi dengan afirmasi penegasan
Di
sini kita dilatih untuk melakukan relaksasi tubuh. Sesudah merasa
rileks maka kita dapat menegaskan kembali kemampuan-kemampuan kita.
Misalnya, kita akan berkata kepada diri sendiri secara berulang-ulang
kata-kata saya bisa atau belajar dan mengingat itu mudah bagi saya.
- Visualisasi untuk menenangkan diri
Kita perlu membanyangkan seolah-olah kita berada dalam suatu tempat dengan pemandangan yang menyenangkan
(misalnya di suatu pegunungan yang berhawa sejuk, penuh dengan
pepohonan hijau). Hal ini bertujuan untuk mengurangi kehawatiran,
tekanan dan ketegangan.
- Mengenang kembali keceriaan di masa lalu
Kita diminta mengenang kembali peristiwa
dimasa lalu dimana kita merasakan kesuksesan dalam belajar (misalnya
waktu penyerahan hadiah I lomba karya ilmiah mahasiswa). Rasakan lagi
pengalaman sukses tersebut? Bayangkan anda pada saat menerima hadiah
tersebut? Bagaimana perilaku orang lain yang hadir di situ? Bagaimana
rasanya kepala anda pada saat itu?.
- Bernafas secara ritmis
Kita
berlatih bernafas secara ritmis agar kita mampu mengendalikan dan
memperlambat ritme tubuh dan pikiran kita. Urutan-urutannya adalah
sebagai berikut : tarik napas-tahan napas-keluarkan napas-pause.
Masing-masing dilakukan dalam waktu yang sama, misalnya tarika napas 2
menit, tahan napas 2 menit, keluarkan napas 2 menit dan pause 2 menit,
kemudian lamanya masing-masing semakin meningkat.
- Mensingkronkan pernapasan kita dengan materi yang didengarkan
Pada
saat materi yang harus dihapalkan diperdengarkan selama 4 detik, maka
kita menahan nafas selama 4 detik, kemudian kita keluarkan napas selama 2
detik dan ambil napas selama 2 detik juga. Selama kita keluarkan dan
ambil napas tidak ada materi yang diperdengarkan. Materi yang harus
dihapalkan itu direkam dalam sebuah kaset yang dilatarbelakangi oleh
musik klasik. Intonasi suara untuk menyajikan materi perlu bervariasi
supaya tidak monoton.
Teori-Teori Pokok Belajar
Secara
pragmatis teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas
sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan denagn peristiwa belajar.
1. Connectionism (Koniksionisme)
Adalah
teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L.Thordike
(1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an.
Eksperimen Thordike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk
mengetahui fenomena belajar. Berdasarkan eksperimen yang ia lakukan
Thordike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan
respon.
2. Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik)
Teori
ini berkembang berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlow
(1849-1936). Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur
penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973)
3. Operant Conditioning
Teori
ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat
berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini.
Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904), seorang
penganut behaviorisme yang dianggap controversial. Operant adalah
sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yng sama terhadap
lingkungan yang dekat.
Operant
conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melinkan oleh efek
yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon
tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya
seperti dalam classical responden conditioning.
4. Contiguous Conditioning (Pembiasaan Asosiasi Dekat)
Adalah
sebuah teori belajar yang mengansumsikan terjadinya peristiwa belajar
berdasarkan kedekatan hubungan antara stimulus dengan respon yang
relevan. Contiguous Conditioning sering disebut sebagai teori belajar
istimewa dalam arti paling sederhana dan efisient, karena didalamnya
hanya terdapat satu prisip, yaitu kontigunuitas yang bearti kedekatan
asosiasi antar stimulus-respons.
Menurut
teori ini apa yang sesungguhnya dipelajari orang, misalnya seorang
siswa, adalah reaksi atau respons terakhir yang muncul atas sebuah
rangsangan atau stimulus. Artinya setiap peristiwa belajar hanya mungkin
terjadisekali saja untuk selamanya atau sama sekali tak terjadi (Reber,
1989 : 153). Dalam pandangan penemu teori tersebut yakni Edwin
R.Guthrie (1886-1959), peningkatan berangsur-angsur kinerja hasil
belajar yang lazim dicapai seorang siswa bukanlah hasil dari berbagai
respons kompleks terhadap stimulus-stimulus sebagaimana yang dinyakini
para behavioris lainnya, melainkan karena dekatnya asosiasi antara
stimulus dengan respon yang diperlukan.
5. Cognitive Theory (Teoti Kognitif)
Teori
psikologi kognitif adalah bagian terpenting dan sains kognitif yang
telah memberi kotribusi yng sangt bearti dlam perkembanagn psikologi
belajar. Sains kognitif merupkn himpunn disiplin yang terdiri atas :
psikologi kognitif, ilmu-ilmu computer, linguistic, intelegensi buatan,
matematika, epistemology, dan neuropsikologi (psikologi syaraf).
Pendekatan
psikologi kognitif lebih menkankan arti penting proses internal, mental
manusia. Dalam pandangan para ahlikognitif, tingkah laku manusia yang
tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental
yakni: motivasi, kesengajaan, kenykinan, dan sebagainya.
6. Social Learning Theori (Teori Belajar Sosial)
Teori
belajar sosial yang juga masyhur denagn sebutan teori observational
learning, belajar observasional/dengan pengamatan itu
(Pressly&McComick, 1995:216) adalah sebuah teori belajar yang
relative masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
Tokoh
utama teori ini adalah Albet Bandura, seorang psikolog pada universitas
Stanford Amerika Serikat, yang oleh banyak ahli dianggap sebagai
seorang behavioris masa kini yang moderat. Ia memandang tingkah laku
manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus melainkan juga
akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan
dengan skema konitif manusia itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar