Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/oreganisasinya.Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakn sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut :
- Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
- Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya.
Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannyamenjadi instruksi/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa impan balik (feed Back) yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlansung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh gagasan, aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
c. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu musyawarah menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat mapun saling mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada.musyawarah sebagai kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa partisipasi dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
e. Fungsi Pengedalian
Fungsi pengendalian merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.
Pendapat lain tentang peran kepemimpinan adalah seperti yang diungkapkan oleh Emmett C Murphy (1998) dalam bukunya yang berjudul “IQ Kepemimpinan” yaitu bahwa peran kepemimpinan antara lain terbagi kedalam :
- Pemilih
- Penghubung
- Pemecah Masalah
- Evaluator
- Negosiator
- Penyembuh
- Pelindund
- The Synergizer
- Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan,
- Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi,
- Pemimpin selaku komunikator yang efektif,
- Mediator yang andal khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik,
- Pemimpin selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Dengan demikian, pemimpin pada era mendatang adalah orang dengan karakteristik tersebut, yang dapat memimpin juga menjadi pengikut, menjadi sentral dan marginal, menjadi hirarkial di atas dan di bawah, dan menjadi individualistis dan pemain tim. Pemimpin era mendatang adalah seseorang yang menciptakan suatu budaya atau sistem nilai yang berpusat pada prinsip-prinsip seperti pemberdayaan, kepercayaan, ketulusan, pelayanan, persamaan, keadilan, integritas, kejujuran, dan self evidence.
Harold Koontz dan Cyril O’Donnell dalam buku Princples of Management mengemukakan sifat-sifat kepemimpinan sebagai berikut :
- Memiliki kecerdasan melebihi orang-orang yang dipimpin
- Mempunyai pelatihan terhadap kepentingan yang menyeluruh
- Memiliki kelancaran berbicara
- matang dalam berpikir dan emosi
- Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin
- Memahami/menghayati kepentingan kerjasama.
- Kuat Jasmaniah dan Rukhaniah
- Besemangat untuk mencapai tujuan
- Bergairah dala pekerjaan
- Ramah-tamah
- Jujur dapat dipercaya
- Memiliki kemahiran teknis
- Sangggup mengambil keputusan
- Cerdas
- Memiliki keahlian mengajar
- Setia terhadap organisasi
- Sehat jasmaniah-rohaniah (energy)
- Keseimbangan/ kemantapan perasaan (emosional stability)
- Pengetahuan tentang hubungan kemanusiaan ( Knowlwdge of human relations)
- Dorongan pribadi (personal motivation)
- Kecakapan berkomunikasi/ berhubungan(communicative skill)
- Kecakapan mengajar (teaching ability)
- Kecakapan bergaul ( social skill)
- Kemampuan teknis (tehnical competence)
Emmet C. Murphy, (1996), Leadership IQ, John Wiley &Son, Inc. Allright reserverd, diterjemahkan oleh Yoseph Bambang M.S (1998) IQ Kepemimpinan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Fidler, F.E & Chemmer, M.M (1974), Leadership & Efective Management, Gleinview Scot, Forreman & Company.
Fidler, F.E & Chemmer, M.M (1974), Leadership & Efective Management, Gleinview Scot, Forreman & Company.
Schein, Edgar H, (1980) Organizational Psycology , Prentice Hall, Inc. Englewood, NJ. Diterjemahkan oleh Nurul Iman (1985) PPM, Midas Surabaya
Sukarna, (1993), Kepemimpinan dalam Administrasi II, CV Mandar Maju Bandung
Surakhmad, Winarno, (1994), Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik, Tarsito, Bandung
Sutarto (1995), Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Toha, Miftah; (1983), Kepemimpinan dalam Manajemen, Suatu Pendekatan Perilaku, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta
Winardi, Dr. SE, (2000), Kepemimpinan dalam Manajemen, Rineka Cipta,Jakarta.
Yaqub, Hamzah, (1984), Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan, CV. Diponegoro, Bandung.
Yuniarsih, Tjutju, Dr. Dkk. (1998), Manajemen Organisasi, IKIP Bandung Press, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar